1.Tingkah
laku yang etis. Sikap dasar seorang konselor harus mengandung ciri etis,
karenakonselor harus membantu manusia sebagai pribadi dan memberikan informasi
pribadiyang bersifat sangat rahasia. Konselor harus dapat merahasiakan
kehidupan pribadikonseli dan memiliki tanggung jawab moral untuk membantu
memecahkan kesukarankonseli.
2.Kemampuan
intelektual. Konselor yang baik harus memiliki kemampuan intelektualuntuk
memahami seluruh tingkah laku manusia dan masalahnya serta dapat
memadukankejadian-kejadian sekarang dengan pengalaman-pengalamannya dan
latihan-latihannyasebagai konselor pada masa lampau. Ia harus dapat berpikir
secara logis, kritis, danmengarah ke tujuan sehingga ia dapat membantu konseli
melihat tujuan, kejadian-kejadian sekarang dalam proporsi yang sebenarnya,
memberikan alternatif-alternatif yangharus dipertimbangkan oleh konseli dan
memberikan saran-saran jalan keluar yangbijaksana. Semua kecakapan yang harus
dimiliki seorang konselor di atas membutuhkantingkat perkembangan intelektual
yang cukup baik.
3.Keluwesan
(fleksibelity). Hubungan dalam konseling yang bersifat pribadi mempunyaiciri
yang supel dan terbuka. Konselor diharapkan tidak bersifat kaku dengan
langkah-langkah tertentu dan sistem tertentu. Konselor yang baik dapat dengan
mudahmenyesuaikan diri terhadap perubahan situasi konseling dan perubahan tingkah
lakukonseli. Konselor pada saat-saat tertentu dapat berubah sebagai teman dan
pada saat laindapat berubah menjadi pemimpin. Konselor bersama konseli dapat
dengan bebasmembicarakan masalah masa lampau, masa kini, dan masa mendatang
yang berhubungandengan masalah pribadi konseli. Konselor dapat dengan luwes
bergerak dari satupersoalan ke persoalan lainnya dan dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam proses konseling.
4.Sikap
penerimaan (accept ance). Seorang konseli diterima oleh konselor sebagai
pribadidengan segala harapan, ketakutan, keputus-asaan, dan kebimbangannya.
Konseli datangpada konselor untuk meminta pertolongan dan minta agar masalah
serta kesukaranpribadinya dimengerti. Konselor harus dapat menerima dan melihat
kepribadian konselisecara keseluruhan dan dapat menerimanya menurut apa adanya.
Konselor harus dapatmengakui kepribadian konseli dan menerima konseli sebagai
pribadi yang mempunyaihak untuk mengambil keputusan sendiri. Konselor harus
percaya bahwa konselimempunyai kemampuan untuk membuat keputusan yang bijaksana
dan bertanggungjawab. Sikap penerimaan merupakan prinsip dasar yang harus
dilakukan pada setiapkonseling.
5.Pemahaman
(underst anding ). Seorang konselor harus dapat menangkap arti dari
ekspresikonseli.Pemahaman adalah mengkap dengan jelas dan lengkap maksud yang
sebenarnyayang dinyatakan oleh konseli dan di pihak lain konseli dapat
merasakan bahwa iadimengerti oleh konselor. Konseli dapat menangkap bahwa
konselor mengerti danmemahami dirinya, jika konselor dapat mengungkapkan
kembali apa yang diungkapkankonseli dengan bahasa verbal maupun nonverbal dan
disertai dengan perasaannya sendiri.Ungkapan konselor ini harus dapat ditangkap
oleh konseli. Kemampuan konselor dalammemahami konseli pada setiap konseling
dapat terjadi dengan menempatkan dirinya padakaca mata konseli. Memahami orang
lain tidak cukup hanya mengerti data-data yangterkumpul, tetapi yang lebih
penting konselor dapat mengerti bagaimana konseli memberikan arti terhadap data-data
tadi. Memahami dalam proses konseling jangandisamakan dengan memahami suatu
ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan orangingin menangkap arti yang
objektif, sedangkan dalam konseling justru karena inginmenangkap arti yang
subjektif, yaitu arti yang diberikan oleh konseli. Dalam konselingyang
diperlukan bukan kebenaran yang objektif, melainkan bagaiman konseli
melihatkebenaran itu. Seorang konselor tidak perlu meneliti kebenaran kata-kata
konseli, tetapiyang penting bagi konselor adalah menangkap cara konseli
menyatakan kebenarantersebut dan akhirnya konselor dapat menangkap arti
keseluruhan pernyataan kepribadiankonseli. Seorang konselor harus mengikuti
perubahan kepribadian konseli dengan baik.Konselor harus dapat menyatuakn
dirinya dengan dunia konseli dan dapat menyatukankembali dengan cara yang wajar
dan dengan penuh perasaan agar konseli mudahmenangkap dan mengertinya.
Akhirnya, konseli dapat melihat alternatif-alternatif yangrealistis dengan diri
sendiri dan berani merumuskan suatu keputusan yang bijaksana.Konselor sangat
berperan dalam situasi puncak proses konseling ini.
6.Peka
terhadap rahasia pribadi. Dalam segala hal konselor harus dapat menunjukkan
sikapjujur dan wajar sehingga ia dapat dipercaya oleh konseli dan konseli
berani membuka diriterhadap konselor. Jika pada suatu saat seorang konseli
mengetahui bahwa konselornyamenipunya dengan cara yang halus, konseli dapat
langsung menunjukkan sikap kurangmempercayai dan menutup diri yang
menghilangkan sikap baik antara dirinya dankonselornya. Konseli sangat peka
terhadap kejujuran konselor, sebab konseli telah beranimengambil risiko dengan
membuka diri dan khususnya rahasia hidup pribadinya.
7.Komunikasi.
Komunikasi merupakan kecakapan dasar yang harus dimiliki oleh setiapkonselor.
Dalam komunikasi konselor dapat mengekspresikan kembali pernyataan-pernyataan
konseli secara tepat. Menjawab atau memantulkan kembali pernyataankonseli dalam
bentuk perasaan dan kata-kata serta tingkah laku konselor. Konselor harusdapat
memantulkan perasaan konseli dan pemantulan ini dapat ditangkap serta
dimengertioleh konseli sebagai pernyataan yang penuh penerimaan dan pengertian.
Dalam koselingtidak terdapat resep tertentu mengenai komunikasi yang dapat
dipakai oleh setiapkonselor pada setiap konseling.
Orang
yang awam masih mempunyai anggapan bahwa Bimbingan Konseling identitik
dengan Polisi Sekolah atau mengurusi anak nakal saja. Padahal sebenarnya
bimbingan konseling adalah sahabat siswa, pembela siswa. Anggapan ini
yang kemudian muncul di benak para orang tua, terutama orang tua yang
tidak mempunyai latar belakang pendidik (guru) bahwa profesi bimbingan
konseling adalah profesi yang tidak mempunyai masa depan. Semakin tidak
popular profesi bimbingan dan konseling dimata masyarakat disebebkan
citra buruk terhadap profesi bimbingan dan konseling
Ketidakpopuleran
ini juga muncul disebabkan banyak orang yang masih menyamakan antara
sekolah/lembaga pendidikan dengan mengajar. Memang benar bahwa profesi
mengajar ialah profesi guru. Namun, yang tidak banyak diketahui
masyarakat bahwa konsep pendidikan bukan saja tentang mengajar namun
membangun karakter (character building). Selain itu pula komponen
di dunia pendidikan (profesi-profesi di dunia pendidikan) tidak hanya
profesi guru saja. Profesi-profesi yang terdapat di dunia pendidikan
yaitu pustakawan (lulusan ilmu perpustakaan), Laborat (lulusan
sains/bahasa), administrasi pendidikan (lulusan administrasi
pendidikan), teknolog pendidikan (lulusan teknologi pendidikan),
psikolog pendidikan (lulusan Psikologi pendidikan), dan konselor
(lulusan bimbingan dan konseling).
Apa itu Bimbingan dan Konseling?
Menurut Prof. Dr. Prayitno, M.Sc.Ed. Guru Besar Bimbingan dan Konseling dari Universitas Negeri Padang bahwa konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami
suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah
yang dihadapi klien.
Dari
pernyataan tersebut jelas disebutkan bahwa konseling dilakukan oleh
seorang ahli (profesional) dalam yang mendapatkan pendidikan dan
pelatihan khusus tentang prinsip-prinsip dan teknik-teknik khusus
mengenai konseling. Sehingga tidak semua orang dapat melakukan
konseling. Pendidikan dan pelatihan mengenai konseling, prinsip, teknik
dan landasan-landasan ini yang dipelajari di dalam perkuliahan bimbingan
dan konseling. Sebagai gambaran ada 4 aliran besar di dalam psikologi
konseling (Psikoanalisis, Behaviorisme, Eksistensial-Humanistik dan
Transpersonal), serta menurut zamannya dibagi menjadi 3 yaitu aliran
klasik, modern dan post modern. Stephen Palmer (guru Besar University of
City, US) mencatat ada lebih dari 25 aliran konseling terutama aliran
post modern di seluruh dunia
Ada
profesi lain yang juga berdekatan dengan profesi konselor dan
seringkali tumpang tindih. Tumpang tindih yang dimaksud ialah penggunaan
istilah “konseling” pada profesi ini, dan kewenangan melakukan
konseling. Profesi ini yaitu profesi Psikolog dan Profesi Psikiater.
Profesi Psikolog ialah seorang lulusan S1& S2 Psikologi serta telah
mengikuti profesi psikolog (.Psi.). Sementara profesi Psikiater ialah
lulusan S1 Pendidikan Dokter ditambah Spesialisasi kedokteran Jiwa (Sp.Kj).
Perbedaannya bahwa Psikolog memiliki kewenangan melakukan psikoterapi
pada klien yang mengalami gangguan kejiwaan neurosis dan psikosis serta
berwenang melakukan interpretasi kepribadian (kejiwaan klien) dengan
pendekatan psikologi. Profesi psikiater memiliki kewenangan melakukan
psikoterapi pada pasien yang mengalami sakit jiwa dengan pendekatan
medis (obat-obatan). Misalkan pada kasus pasien Skizofrenia, seorang
psikiater lebih cenderung menggunakan obat-obatan (medis) seperti obat
penenang untuk penyembuhan pasien sementara psikolog menggunakan
pendekatan psikoterapi (psikologis) untuk penyembuhan klien tanpa treatmen obat-obatan.
Jurusan
Bimbingan dan Konseling (BK) juga dikenal dengan nama Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan (PPB). Biasanya, di jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan (PPB) masih dibagi ke dalam program studi
Psikologi (murni) dan Bimbingan dan Konseling. Sehingga di jurusan PPB,
dosen-dosen psikologinya juga adalah dosen yang mengajar di program
bimbingan dan konseling. Hal ini terjadi, seperti di Universitas Negeri
Surabaya (Unesa) dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung
Peran Bimbingan dan Konseling terhadap masyarakat
Hampir
tidak ada orang yang tidak pernah mengalami masalah dalam hidupnya.
Dengan kata lain semua orang pasti mempunyai masalah, entah masalah itu
kecil atau sangat rumit. Namun, ada orang yang dapat dengan baik
memcahkan persoalannya sendiri, tetapi tidak sedikit pun orang yang
tidak dapat memecahkan masalahnya sendiri sehingga memerlukan bantuan.
Di media massa, hampir setiap hari kita jumpai orang yang bunuh diri.
Bunuh diri merupakan pelarian orang yang frustasi dalam memecahkan
masalahnya. Contoh lain tekanan di pekerjaan yang membuat orang menjadi
stress, persaingan dunia usaha yang begitu keras, banyaknya jumlah
pengangguran, perceraian keluarga, pergaulan remaja yang semakin bebas,
penyalahgunaan narkoba, serta seks bebas yang semakin banyak
kasusnya. Kasus-kasus yang dialami orang-orang tersebut sangat
membutuhkan seorang ahli agar dapat keluar dari permasalahannya yang
rumit. Tetapi apakah hanya masalah negatif seperti itu saja yang menjadi
peran seorang konselor? Ternyata tidak, seorang konselor dapat pula
memberikan konsultasi pendidikan bagi anak-anak yang hendak melanjutkan
studi di SMA/perguruan tinggi atau konsultasi karier bagi pekerja yang
ingin meningkatkan jenjang kariernya. Seorang konselor pun dapat
memberikan jasa tes psikologis bagi seorang yang ingin mengetahui minat,
bakat dan kecerdasannya baik dalam rangka pendidikan maupun karier.
Konselor juga merupakan pemandu bakat yang professional, karena konselor
mengarahkan bakat yang dimiliki oleh seseorang agar dapat berkembang
menjadi lebih baik. Di masyarakat, konselor berperan dalam mengentaskan
persoalan pengangguran melalui pemberian bimbingan pekerjaan,
menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan kerja, menjadi motivator,
pendidikan bagi anak jalanan, kesadaran gender, kesehatan mental serta
memberikan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan keluarga, parenting (pengasuhan
orang tua) dan kesehatan reproduksi. Dengan demikian, seorang konselor
mempunyai peran yang sangat penting dalam masyarakat terutama fungsi
sosial.
Landasan Ilmu Bimbingan dan Konseling
Syarat
utama bagi yang ingin melanjutkan studi di bimbingan dan konseling
ialah menyukai psikologi dan pendidikan. Terutama jika Anda termasuk
siswa yang suka mendengarkan curhat teman atau pandai memberikan solusi
atas suatu permasalahan psikologis yang dialami teman berarti Anda
sangat layak menjadi calon mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Bimbingan
dan Konseling di seluruh perguruan tinggi di Indonesia termasuk kelompok
Ilmu Sosial (IPS). Kendatipun begitu tidak sedikit siswa yang berlatar
belakang IPA mengambil kuliah Bimbingan dan Konseling, sebab justru dari
kelompok IPA yang dapat dengan mudah mengikuti kuliah Bimbingan di
Konseling. Kok begitu? Yups, di Bimbingan Konseling, terdapat
mata kuliah yang juga bernuansa IPA seperti psikologi perkembangan yang
membahas tentang perkembangan individu secara fisiologis, kesehatan
mental, dan statistika. Selain itu, siswa yang berasal dari kelompok IPA
mempunyai logika matematis yang bagus, yang sangat berguna terutama
dalam membantu proses konseling (mencari solusi atas permasalahan
klien), atau membuat aplikasi-aplikasi bimbingan dan konseling yang
menggunakan dasar teknologi informasi. Meskipun kadangkala kurang
memiliki kepekaan sosial dan komunikasi sosial yang baik, seperti siswa
kelompok IPS terutama berkaitan dengan kebudayaan atau hubungan sosial.
Lalu apa saja yang dipelajari di jurusan Bimbingan dan Konseling?
Secara
umum, perguruan tinggi bimbingan konseling di Indonesia pasti
mempelajari: ilmu Pendidikan, Psikologi, Teori dan Teknik Konseling,
serta Teknik Pemahaman Individu.
Ilmu pendidikan
dipelajari sebagai landasan dalam bimbingan konseling yang memang
menfokuskan diri dalam dunia pendidikan. Pada umumnya, mata kuliah ilmu
pendidikan diajarkan pada Tahun 1. Mata kuliah yang termasuk kedalam
ilmu pendidikan adalah Pendidikan Agama, Pendidikan
Pancasila/Kewarganegaraan, Sosiologi Antropologi, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Perkembangan Peserta Didik, Ilmu Alamiah Dasar,
Pendidikan Jasmani, Belajar Pembelajaran, Teknologi Pendidikan,
pengembangan Sistem Pembelajaran, Landasan/Dasar-Dasar Pendidikan,
Evaluasi Pendidikan, Profesi Kependidikan dan Pendidikan Inklusi.
Ilmu psikologi
merupakan induk dari ilmu konseling, sehingga tidak mungkin memisahkan
konseling dengan psikologi. Konseling merupakan psikologi terapan
(terapan dari ilmu psikologi). Perbedaan dengan jurusan psikologi adalah
di Psikologi lebih umum, sementara konseling lebih khusus membahas
tentang ilmu konseling. Pada umumnya nama-nama yang kental dengan
istilah-istilah psikologi, di BK kemudian diubah menjadi nama-nama dalam
istilah BK seperti contohnya matakuliah Psikodiagnostik menjadi
Pemahaman Individu Teknik Testing. Mata Kuliah Psikologi meliputi
Psikologi/Teori-Teori Kepribadian, Psikologi Perkembangan/Perkembangan
Individu, Filsafat manusia, Psikologi Perilaku/Modifikasi Tingkah
Laku/Dasar-Dasar Pemahaman Tingkah Laku, Psikologi Komunikasi/Komunikasi
Antar Pribadi, Kesehatan Mental,
Ilmu
konseling meliputi teori-teori dan aliran konseling, praktikum
pendekatan konseling, serta teknik-teknik konseling. Mata Kuliah Ilmu
Konseling yaitu Teori-Teori Konseling, Bimbingan dan Konseling Kelompok,
Bimbingan dan Konseling Populasi Khusus/ABK, BK Pribadi-Sosial,
Bimbingan dan Konseling Karier, Bimbingan dan Konseling Belajar,
Teknologi Informasi dalam BK, Pengembangan Pribadi Konselor, Bimbingan
dan Konseling Perkembangan, Profesi Bimbingan dan Konseling, Dinamika
Kelompok, Media Bimbingan dan Konseling, Evaluasi dan Supervisi BK,
Survey Bimbingan dan Konseling, Studi Kasus, Bimbingan dan Konseling
Keluarga, Konseling Lintas Budaya.
Sementara
Teknik Pemahaman individu mempelajari tentang penggunaan alat-alat yang
membantu dalam proses konseling seperti penggunaan Tes Psikologis,
teknik wawancara konseling, observasi, case study, dan Problem Checklist. Mata
Kuliah teknik Pemahaman Individu antara lain Statistika, Aplikasi
Stastistik, Pemahaman Individu teknik Non Testing, Pemahaman Individu
teknik Testing.
Selain
itu juga terdapat mata kuliah Praktikum Bimbingan Konseling, di mata
kuliah ini mahasiswa belajar dan latihan praktek memberikan konseling
kepada klien. Mata kuliah yang termasuk praktikum ini yaitu: Mikro
Konseling, Praktikum Konseling Individual, Praktikum BK Kelompok,
Praktikum BK Pribadi-Sosial, Praktikum BK Belajar, Praktikum BK Karier,
Praktikum PI Teknik Testing, dan Praktikum PI Non Testing serta Praktek
Pengalaman Lapangan (PPL)
Selain
mata kuliah yang disebutkan diatas, setiap perguruan tinggi Bimbingan
dan Konseling juga memiliki mata kuliah pilihan sesuai kekhasan
perguruan tinggi masing-masing. Mata kuliah pilihan merupakan peminatan
mahasiswa dan dipilih berdasarkan minat masing-masing. Misalkan di
Universitas Sebelas Maret (UNS) terdapat mata kuliah pilihan Cyber
konseling (Konseling Jarak Jauh), dan Konseling Traumatik; di UHAMKA
Jakarta terdapat Kosneling Industri, Konseling Pemasyarakatan&Sosial
Kemasyarakatam dan Konseling Kesehatan; di Universitas Negeri Jakarta
(UNJ) terdapat mata kuliah Bimbingan Konseling Anak, Konseling Berbasis
Gender, Konseling NAPZA, Konseling Krisis di Sekolah, dan Konseling
Untuk Anak Berbakat.
Apakah ruang lingkup bimbingan dan konseling hanya di pendidikan saja?
Pertanyaan
ini yang sering muncul baik dikalangan calon mahasiswa, maupun
mahasiswa bimbingan dan konseling sendiri. Pada seluruh perguruan tinggi
bimbingan dan konseling, gelar sarjana Bimbingan dan Konseling yaitu
Sarjana Pendidikan (S.Pd.) bidang Bimbingan Konseling serta Magister
Pendidikan/S2 (M.Pd.) bidang Bimbingan Konseling. Beberapa perguruan
tinggi bimbingan konseling lebih memfokuskan mahasiswanya menjadi
konselor pendidikan (konselor sekolah/Guru Bimbingan dan Konseling)
seperti yang terjadi di Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Universitas
Negeri Malang (UM) Sehingga hampir pasti ruang lingkup bimbingan dan
konseling hanya di lingkup pendidikan saja. Namun, ada pula perguruan
tinggi yang juga memperlebar ruang lingkup bimbingan konseling tidak
hanya di dunia pendidikan, seperti di Universitas Kristen Satya Wacana
(UKSW) Salatiga yang juga membuka bidang konseling industri. Kendatipun
gelarnya tetap Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Seorang
lulusan bimbingan dan konseling setelah lulus S1 Bimbingan dan
Konseling dapat menempuh Pendidikan Profesi Konselor (PPK) yang sampai
dengan saat ini baru tersedia di Universitas Negeri Padang (UNP) dan
Universitas Negeri Semarang (Unnes). Lulusan PPK disebut dengan Konselor
(Kons.). Dengan adanya sertifikat kons. dan lisensi dari ABKIN
(Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), seorang konselor dapat
membuka praktik konseling untuk masyarakat umum tidak hanya konseling
pendidikan saja, tetapi dapat pula konseling keluarga, konseling
pernikahan, konseling anak, konseling remaja, konseling karier.
Sementara itu konseor juga berwenang memberikan tes psikologis (tes
bakat, minat dan kecerdasan) apabila telah memiliki sertifikat Tes
Psikologi yang dapat ditempuh di Universitas Negeri Malang (UM) atau
lulus pada jenjang pendidikan S2 Magister Pendidikan Bimbingan Konseling
dengan konsentrasi Testing Psikologis di Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung
Bidang-Bidang Konseling (Spesialisasi)
-
Konseling Pendidikan
Pendidikan
merupakan institusi pembinaan anak didik yang memiliki latar belakang
social budaya dan psikologis yang beraneka ragam. Dalam mencapai maksud
dan tujuan pendidikan banyak anak didik yang menghadapi masalah dan
sekaligus mengganggu tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Masalah yang
dihadapi sangat beraneka ragam, diantaranya masalah pribadi, sosial,
ekonomi, agama dan moral, belajar, dan vokasional. Masalah-masalah
tersebut seringkali menghambat kelancaran proses belajar, meskipun
masalah yang dihadapi tidak ada sangkut pautnya dengan kegiatan
akademik. Penyelenggara pendidikan, khususnya tenaga pendidikan
bertanggung jawab membina anak didiknya sehingga berhasil sebagaimana
yang diharapkan, termasuk mereka yang mengalami masalah.Konseling pada
latar pendidikan ini telah banyak dikenal di Indonesia. Di Amerika,
klinik konseling juga didirikan di sekolah dan pusat-pusat pendidikan
pada awal perkembangan konseling, misalnya di Pennsylvania University
pada tahun 1896.
-
Konseling Vokasional/Karier
Konseling
vokasional dapat pula disebut dengan konseling karier atau employment
counseling. Konseling ini selain berkaitan dengan usaha membantu dalam
penempatan tenaga kerja juga membantu klien yang memiliki
masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, misalnya dalam
hubungan dengan pejabat di atasnya, dan penyesuaian dengan pekerjaan
baru. Konseling vokasional ini menduduki fungsi yang sangat penting
dalam rekrutmen dan penempatan tenaga kerja sebuah perusahaan atau
departemen. Departemen Tenaga Kerja Amerika juga menggunakan konseling
vokasional untuk menempatkan para veteran Perang Dunia II pada
bidang-bidang yang lebih tepat. Di masyarakat industri, konseling
vokasional ini semakin dibutuhkan baik bagi industri untuk peningkatan
usaha-usahanya dan bagi pekerja untuk peningkatan penyesuaian kerja dan
prestasi kerja.
-
Konseling Keluarga dan Perkawinan
Konseling
yang berkenaan dengan masalah-masalah keluarga, meliputi hubungan antar
anggota keluarga (ayah, ibu, anak), peranan dan tanggung jawab
masing-masing anggota keluarga. Hidup berkeluarga berarti melakukan
penyesuaian baru, terutama yang berhubungan dengan tanggung jawab
sebagai suami istri. Dalam banyak hal, membangun keluarga tidak semudah
yang dibayangkan oleh para remaja. Banyak situasi yang harus
diselesaikan dengan cara yang amat rumit termasuk perceraian.Konseling
perkawinan dan keluarga bermaksud membantu menyelesaikan masalah-masalah
psikologis yang dihadapi kedua belah pasangan, sehingga dalam
menjalankan fungsi-fungsi keluarga mereka lebih dapat diterima kedua
belah pihak dan dapat membangun keluarga secara lebih baik.
-
Konseling Agama
Konseling
agama (religion counseling) digunakan untuk membantu klien yang
mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan agama, misalnya
keragu-raguan akan nilai-nilai agama, kebimbangan dalam mengikuti
aliran-aliran keagamaan, terjadinya konflik keyakinan keagamaan dengan
pola pemikiran dan sebagainya. Konseling agama biasanya dilakukan
terhadap klien yang seagama dengan konselor, dan diselenggarakan untuk
membantu orang-orang yang bermasalah keagamaan.
-
Konseling Rehabilitasi
Konseling
rehabilitasi merupakan konseling yang dilakukan terhadap orang-orang
yang sedang dalam proses rehabilitasi. Rehabilitasi berarti proses
mempercepat sosialisasi atau berfungsi secara wajar dari keadaan
sebelumnya, misalnya rehabilitasi setelah bertahun-tahun mengalami
perawatan medis, rehabilitasi karena menjalankan hukuman, dan
sebagainya. Seseorang yang di penjara misalnya membutuhkan pelayanan
konseling. Konseling tersebut bermaksud membantu klien agar tidak
mengalami masalah-masalah setelah keluar dari penjara (lembaga
pemasyarakatan). Sebagian orang yang di penjara mengalami perasaan yang
tidak diinginkan, seperti rasa tertekan, malu kepada masyarakat atau
cemas tidak diterima oleh lingkungan sosialnya nanti. Konseling
rehabilitasi ini juga dimaksudkan membantu klien yang cacat secara
fisik, untuk mengembalikan persepsi dan emosi sehingga memandang dirinya
secara positif dan dapat berbuat lebih tepat sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
-
Konseling Traumatik
Konseling
traumatik adalah upaya konselor untuk membantu klien yang mengalami
trauma melalui proses hubungan pribadi sehingga klien dapat memahami
diri sehubungan dengan masalah trauma yang dialaminya dan berusaha untuk
mengatasinya sebaik mungkin.
-
Konseling Industri
Konseling
Industri adalah pembahasan suatu masalah dengan seorang karyawan yang
mempunyai masalah emosional dengan maksud untuk membantu karyawan
tersebut agar dapat mengatasi masalahnya secara lebih baik. Konseling
bertujuan untuk memperbaiki kesehatan mental karyawan. Kesehatan mental
yang baik berarti bahwa orang-orang merasa nyaman akan mereka sendiri,
baik terhadap orang lain, dan sanggup memenuhi kebutuhan hidup. Awal
mula dikenalnya konseling karyawan adalah pada tahun 1936 di Western
Electronic Company, Chicago. Diyakini bahwa inilah pertama kali
perusahaan menggunakan istilah “konseling personalia” bagi pelayanan
pembimbingan kwan. Kepuasan kerja karyawan pasti meningkat sebagai hasil
dari konseling.
Prospek Lulusan Bimbingan dan Konseling serta Jenjang Karier
Lulusan
S1 Bimbingan dan Konseling sebagian besar terserap di dalam dunia
pendidikan terutama jenjang SMP/Mts dan SMA/SMK/MA, namun ada juga
beberapa lembaga pendidikan terutama swasta yang membutuhkan tenaga
konseling untuk TK, PAUD dan SD.
Selain
itu kebutuhan akan dosen bimbingan dan konseling sangat besar di
perguruan-perguruan tinggi di Indonesia. Hal ini disebabkan banyak dosen
BK yang sudah menjelang masa pensiun, serta banyak dosen BK yang
ternyata tidak berlatar belakang BK. Sementara perguruan tinggi BK
membutuhkan dosen yang berlatar belakang BK secara linier (S-1 dan S-2
Bidang bimbingan dan konseling) untuk mendapatkan nilai akreditasi yang
baik. Sehingga peluang menjadi dosen BK sangat terbuka lebar. Misalkan
di Universitas Sebelas Maret Surakarta dari 15 dosen yang ada, hanya
terdapat 7 dosen yang berlatar belakang S-1 dan S-2 BK dan itupun 14
orang adalah dosen yang sudah menjelang masa pensiun (diatas usia 55
tahun), sementara hanya mempunyai 1 dosen muda.
Sementara
jenjang karier lulusan BK pada umunya menjadi pegawai negeri sipil.
Seorang lulusan BK dapat memulai karier dari menjadi Guru BK,
Koordinator Guru BK, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Sekolah, Pengawas
Sekolah bidang bimbingan dan konseling, Kepala Dinas Pendidikan
Kota/Provinsi. Tidak sedikit pula lulusan BK yang berkarier sebagai
kepala sekolah atau pengawas sekolah. Ada pula lulusan BK yang menjadi
Rektor Perguruan Tinggi seperti Bpk Prof. Dr, Sunaryo Kartadinata yang
merupakan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Dekan Fak.
Ilmu Pendidikan UPI Prof. Dr. Ahman yang juga merupakan lulusan BK.
Selain itu tidak sedikit lulusan BK yang mempunyai posisi penting di
institusi sekolah maupun perguruan tinggi.
Bagi
yang ingin berwirausaha dapat mendirikan Lembaga Konseling, Jasa
Layanan Tes Psikologi, ataupun Lembaga Konsultasi Pendidikan. Kebutuhan
terhadap layanan Konseling ini semakin besar terutama di kota-kota besar
dimana masyarakatnya semakin terbuka, dan memiliki tingkat stress yang
tinggi, Dewasa ini kebutuhan akan konseling anak dan konseling
pendidikan, luar biasa banyaknya. Akan tetapi sedikitnya lulusan BK yang
mau mengisi peluang ini, menjadikan konseling anak lebih dikuasai oleh
psikolog anak sementara konseling pendidikan/karier lebih diisi oleh
praktisi-praktisi yang bahkan tidak punya latar belakang
psikologi/pendidikan/konseling melainkan belajar dari pengalaman.
Lembaga Konseling yang sudah ada yaitu Multikarya Konseling dapat
diakses di http://www.multikaryakons.com/
Bidang
lain yang dapat diisi oleh lulusan BK adalah HRD/Pengembangan SDM di
instansi/dunia usaha dan industri, bank; Tenaga Konselor di Pusat
Rehabilitasi, Lembaga Pemasyarakatan, Perkumpulan Keluarga berencana
Indonesia (PKBI); Konsultan pengembangan SDM; Motivator; Badan Penasehat
Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kementerian Agama; Konselor dan
Konsultan Pendidikan di Lembaga-Lembaga Bimbingan Belajar (LBB).
Tips memilih program studi Bimbingan dan Konseling yang Bagus
Sudah
menjadi pengetahuan umum, bahwa kualitas lulusan bergantung pada
kualitas perguruan tingginya. Kualitas perguruan tinggi dapat dilihat
dari nilai akreditasinya. Perguruan tinggi yang baik kualitas
pendidikannya, mempunyai nilai akreditasi A. Ada beberapa perguruan
tinggi bimbingan konseling di Indonesia yang mempunyai akreditasi A
untuk jenjang S-1: Perguruan Tinggi negeri (PTN) yaitu Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Negeri Malang (UM),
Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Negeri Surabaya
(UNESA), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Negeri Padang
(UNP) sementara perguruan tinggi swasta yaitu Universitas Ahmad Dahlan
(UAD), Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (UKSW), Universitas
Katolik Indonesia Atmajaya Jakarta, Universitas Muhammadiyah Dr. Hamka
(UHAMKA) Jakarta. Jadi bagi Anda yang tertarik mempelajari Bimbingan dan
Konseling perhatikan akreditasi perguruan tinggi yang hendak Anda tuju,
karena Bimbingan dan Konseling yang berakreditasi baik menunjang
kompetensi Anda di bidang bimbingan dan konseling. Sementara perguruan
tinggi yang mempunyai akreditasi kurang hanya sekeder memberikan gelar
saja, tetapi sangat minim fasilitas dan ilmu serta kompetensi yang
didapatkan.
Sumber : http://himcyoo.wordpress.com
Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar dan Menengah
Kamis, 06 November 2014
Posted by Unknown
PERATURAN INI UNTUK MEMPERTEGAS KEBERADAAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Dengan diterbitkannya Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan dasar dan Menengah, maka
semakin kokoh kedudukan bimbingan dan konseling di sekolah terutama
pada pendidikan dasar dan menengah. Peraturan menteri ini juga sebagai
pijakan atau rujukan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dalam
melaksanakan tugas Layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah terutama
permasalahan jam masuk kelas yang selama ini menjadi perdebatan. Dalam
pasal 6 ayat ( 4 ) dijelaskan bahwa ” Layanan Bimbingan dan
Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ) yang diselenggarakan di
dalam kelas dengan beban belajar 2 ( dua ) jam perminggu”.
Pasal tersebut di atas juga dipertegas dalam Lampiran Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 pada
halaman 18 no. 4. Kegiatan dan Alokasi Waktu Layanan a. Kegiatan
Layanan pada alinea dua dijelaskan bahwa ” Layanan Bimbingan dan
Konseling diselenggarakan secara terprogram berdasarkan asesmen
kebutuhan ( need assesment ) yang dianggap penting ( skala prioritas )
dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan ( scaffolding ). Semua
peserta didik harus mendapatkan layanan bimbingan dan konseling secara
terencana, teratur, dan sistematis serta sesuai dengan kebutuhan. Untuk
itu, Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dialokasikan
jam masuk kelas selama 2 ( dua ) jam pembelajaran per minggu setiap
kelas secara rutin terjadwal.
Sehubungan dengan penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling di SD /MI dijelaskan bahwa Pelaksanaannya
dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dan bukan oleh
Guru Kelas atau Wali Kelas seperti yang tercantum dalam pasal 10 ayat (
1 ).
Dalam pasal 10 ayat ( 2 ) dijelaskan juga
bahwa ” Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling pada SMP/MTs atau yang
sederajat, SMA/MA atau yang sederajat, dan SMK/MAK atau yang sederajat
dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling
dengan rasio satu Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling melayani
150 konseli atau peserta didik.
Dipertegas juga pada Lampiran
Permendikbud ini pada halaman 37 no. 2) dan 3) Satuan Pendidikan
SMP/MTs/SMPLB dan satuan Pendidikan SMA/MA/SMALB, SMK/MAK bagian b.
dijelaskan bahwa ” Setiap satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB
diangkat sejumlah Konselor atau Guru Bimbingan dan Konselingdengan rasio
1 : ( 150 – 160 ) ( satu konselor atau guru bimbingan dan konseling
melayani 150 – 160 orang peserta didik / konseli ). Demikina juga pada satuan pendidikan di SMA/MA/ SMALB SMK/MAK.
Sebagai Guru Bimbingan dan Konseling atau
Konselor kita patut bersyukur karena tidak ada yang perlu diperdebatkan
lagi tentang jam masuk kelas atau rasio antara guru bimbingan dan
konseling atau konselor karena aturannya sudah jelas. Sekarang yang
perlu kita tunggu adalah petunjuk pelaksanaannya agar tidak terjadi
kebingungan di kalangan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor di
lapangan.
Guru Bimbingan dan Konseling atau
Konselor tidak perlu bingung karena sesuai dengan yang dijelaskan dalam
pasal 12 ayat ( 2 ) akan ada semacam Buku Panduan Operasional Layanan
Bimbingan dan Konseling dalam pelaksanaannya di sekolah.
Semoga Permendikbud ini merupakan titik
awal bagi pengakuan keberadan Bimbingan dan Konseling sebagai suatu
profesi yang disejajarkan dengan profesi – profesi lainnya.
Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 beserta Lampirannya juga bisa di unduh langsung di tautan di bawah ini.
Untuk memahami tingkah laku manusia dan motivasi-motivasinya dengan lebih baik, para psikolog terbagi dalam aliran-aliran pikiran yang berbeda tentang motivasi. Aliran-aliran itu berusaha menjelaskan factor-faktor yang mendorong organism untuk melakukan kegiatan atau perbuatan. suatu kelompok, yang terdiri para psikologi objektif, telah mengajukan “teori kebutuhan tentang tingkah laku” , sedangkan kelompok lain yang pada umumya terdiri dari para ahli klinis atau peara psikologi subjektif percaya akan pendekatan psikodinamik tinkah laku manusia. Pendekatan terakhir ini mengatakan bahwa tinkah laku didorong oleh kekuatan batin yang secara popular dikenal “Kepribadian Mental” meskipun dalam bidang psikologi, pembicaraan yang luas tentang motifasi adalah penting, namun pembicaraan demikian tidak dibutuhkan dalam uraian tentang kesehatan mental. Tetapi supaya pembaca bisa memahami lebih mendalam bahan ini (terutama yang belum mempelajari psikologi umum), sebaiknya disinggung secara singkat tentang pokok dari materi ini.
Beberapa teori dan perinsip-perinsip motivasi menjadi sangat berate bagi orang yang mempelajari ilmu kesehatan mental jika dilihat dalam konteks penyusuaian diri dengan urutan sebagai berikut : motifasi-frustasi dan konflik-tegangan emosi-respon-reproduksi tegangan- akibat-akibat . Hendaknya diigatkan bahwa urutan yang sama juga diikuti dalam belajar untuk mencapai penyesuaian diri yang baik
Masyarakat umum berpendapat bahwa semua tingkah laku memiliki motivasi, tetapi tidak ada kesepakatan mengenai sifat dan jumlah kekuatan yang mengerakan tingkah laku. Motifasi disertai dengan diikuti oleh frustasi dan konflik yang mungkin singkat dan tidak berakibat apa-apa atau berlangsung lama dan mengancam. Situasi ini juga disertai dan diikuti oleh tegangan emosi meskipun untuk sementara menyenangkan, tetapi pada akhirnya harus direduksikan. Tegangan selalu mendorong individu untuk mengadakan respons. Jika peroses tersebut merupakan respon terkondisi, maka respons itu akan diadakan dengaan cepat.
Motivasi
Motifasi merupakan suatu istilah umum yang mencakup tinkah laku yang mencari tujuan dan yang berkembang karna adanya tujuan-tujuan. Atau dapat dikatakan bahwa motivasi adalah proses menggiatkan, mempertahankan, dan mengarahkan tingkah laku pada suatu tujuan tertentu (Hulffman, Vernoy, & Vernoy,1997). Tingkah laku mengarah ini mengarah pada suatu tujuan yang diinginkan, tetapi menjauhi situasi yang tidak menynangkan bagi induvidu yang besankutan.
Semua tingkah laku, entah itu diinginkan atau tidak,normal atau adnormal, adalah hasil dari penyebab-peneybab yang saling terjalin antara yang satu dengan lainya. Dengan kata lain, semua tingkah laku memiliki motivasi. Seorang mahasiswa mungkin memiliki nilai sedang karna intelegensiinya sedang-sedang saja :ia tidak giat belajar: ia lebih suka menggunakan waktunya untuk kegiatan-kegiatan sosial: ia mengalami hambatan emosi selama ujian: ia sakit hati terhadap para dosennya : ia ingin mengeewakan orang tuanya yang mengharapkan supaya anaknya menjadi mahasiswa teladan, sebagainya.
Insting
Pada awal abad ke 20 umumnya orang berangapan bahwa kekutan kekuatan pendorong primer pada tingkah laku manusia adalah insting-insting. Misalnya Mc dougall menyatakan –dalam bukunya an Introduction To Social Psychology pada tahunn 1926 – bahwa kekuatan-kekuatan pendorong yang esensial dari pikiran dantindakan adalah bawaan.ia membuat daftar beberapa insting khusus, seperti pelarian diri,rasa inggin tahu, suka berkelahi, pembiakan keinginan untuk mencapai sesuatu .
Istilah insting telah dipakai denagan berbagai arti. Definisi klasiknya ialah suatu pola tingkah laku yang terorganisasi dan kompleks yang merupakan cirri khas dari mahluk tertentu pada situasi khusus,tidak dipelajaridan tidak berubah. Insting yang didefinisikan seperti ini tidak dipelajari dan tidak berubah. Insting yang didefinisikan seperti tidak ini tidak ada pada manusia atau sekurang kurangnya tidak ada yang diperlihatka secara ilmiah.
Ada beberapa psikologi modern yang tidak mau membuang konsep insting tetapi mengubah definisinya. Misalnya maslow mengumakakan apa yang disebutnya “kebutuhan-kebutuhan instingtif” kebutuhan-kebutuhan ini menurut keyakinanya memiliki dasar insting.
Dorongan (Drive) atau kebutuhan (Need)
Iatilah dorongan (drive) dan kebutuhan (need) telah mengantikan konsep insting lebih tua, dan ,kata yang relative baru ini lebih fleksibel karna jika digabung dengan motif(motive) maka kedua kata tersebut mencakup akibat-akibat belajar dan warisan biologis.
Dorngan (drive) adalah munculnya kecendurunan bereaksi yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dan tetap mempertahankan kegiatan-kegiatan itu dalam organisme. Dorongan dibagi menjadi dua macam,yakini dorongan sekunder (primary drives) dan dorongan sekunder (secondary drives). Dorongan primer adalah dorongnan fisiologi dorongan sekunder adalah dorongan sosial.
Kebutuhan (need) merupakan kekurangan yang mengakibatkan ketidak keseimbangan, yang mengacaukan (equilibrium) yang optimal pada individu. Kekurangan ini menimbulkan kegiatan dalam organism. Kebutuhan merupakan satu dorongan untuk bertindak.
Motif (motive)
Kebutuhan seperti dikatakan di atas merupakan suatu kekurangan umum yang menimbulkan suatu motif atau lebih. Motif adalah suatu peroses yang agak sepesifik dan yang telah dipelajari . motif itu diarahkan pada suatu tujuan. Misalnya, seseorang mungkin lapar dan butuh makan. Dan mengerkan tubuhnya untuk membeli makan dan memakannya.
Empat Penjelasan Motivasi
Para psikologi telah memberikan perhatian besar pada masalah yang sangat sulit untuk mengetahui apa saja yang menjadi dorongan-dorongan atau kebutuhan-kebutuhan fundamental. Mereka telah memberikan kepada kita banyak klasifikasi, mulai dari daftar yang dikemukakan Murray yang berjumlah 37 sampai pada apa yang dikemukakan Combss dan sygg yang hanya pada 1 saja. Meskipun selayang pandang tidak ada kespakatan diantara mereka, namun kalu dinikmati dengan baik,kebanyakan pendapat tersebut memliki persamaan. Gambaran singkat mengenai kempat teori tersebut dapat diuraikan dibawah ini.
Sigmun freud
Uraian yang lengkap tentang pandangan Freud telah dikemukakan, tetapi disini hanya ditemukan pa yang dikatakan Freud dalam bukunya Outline of psycoanalyisis karna merupakan buku terakhir dari rinkasan pandangan-pandanganya. Freud adala seorang dualis, ia mendasarkan teori insting-insting dan motifasi, ia mengatakan (1949)
Kemudian,freud mengumakakan jelas bahwa 2 insting. “eros dan insting perusak” , merupakan “pentebab terkahir dari semua kegiatan. Apakah yang dimaksud dengan eros dan insting perusak itu? Eros adalah juga dorongan untuk memelihara diri sendiri.
Sebaliknya, insting perusak merupakan keingginan untuk merusak, bahkan merusak diri sendiri dengan kematian brill menjelaskan bahwa insting hidup atau eros adalah menghasilkan hidup dengan menyatukan partikel-partikel kehidupan atau sel-sel benih, sedangkan funsi insting mati adalah mebuat bahan organic yang hidup berbalik pada keadaan semula tanpa hidup atau anorganik (Brill,1946) freud mengembankan kenyataan yang mengumakakan bahwa individu membatalkan kepuasan langsung nafsu libido untuk menghadiri rasa sakit untuk memperoleh kenikmatan yang lebih besar dari pada waktu yang akan dating.
Freud masih merupakan tokoh yang begitu kontrovrasional sehingga sulit menilai karyanya. Ia telah memberikan sumbangan yang banyak terhadap pemahaman kita mengenai kepribadiaan. Tiga kelemahan dapat diperlihatkan disini. Pertama pandanganya terhadap insting-insting begitu sempit shingga mengunakan konsep sublimasi yang patut diragukan untuk menjelaskan beranekaragam kegiatan manusia . kedua ia terlalu menekankan pentingnya seks, terutama pentingnya pengaruh pengalaman-pengelaman seks awal terhadap factor tingkah laku dewasa.ketiga, ia mengabaikan manusia sebagai organisasi yang memiliki kebutuhan-kebutuhan sosial tetapi hanya hanya menekankan kebutuhan-kebutuhan instingtif dan biologis.
Alfred adler
Ia adalah seorang mahasiswa freud, tetapi pada tahun 1912 ia memisahkan diri dari gurunya dan mendirikan suatu aliran psikologi individu. Adler adalah seorang monis karna ia menekankan perjuangan akan superroritas. Adler berpendapat bahwa hanya ada ada satu dorongan dasar , yakini harsat untuk berkuasa sebetulnya menurut adler , keamana merupakan dorongan dasar sedankan usaha-usaha untuk mencapai superioritas hanyalah sarana untuk mencapai tujuan keamanan lebih lanjut adler, mengatakan bahwa perasaan inferioritas, tidak adekuat, dan tidak aman menentukan tujuan hidup seorang individu (Adler,1927)
Ia berpendapat bahwa keamanan dari bahaya sejak tidak cukup, individu memerlukan batas keselamatan yang mencapai dengan dominasi dan superioritas. Denagan kata laian , perjuangan akan prestasi dan status sesunguhnya merupakan pekembangankebutuhan fundamental akan keamanan.
Menurut Adler perjuangan melawan perasaan- perasaan infenrior dasar tidak aman (istilah-istilah yang kadan-kadang digunakan secara ditukar)mulai pada awal kanak-kanak. Tujuan yang diarahkan oleh kesa-kesan yang diberikan linkungan kepadanya pada masa kanak-kanak.keadaan ideal adalah tujuan setiap manusia munkin sekali terbentuk dalam bulan bulan pertama hidupnya.
Apabila kita bagaimana kita dengan sangat berhasil dapat melawan perkembangan dan perjuangan akan kekuasaan-kejahatan peradaban kita yang palin menojol ini – kita dihadapkan pada kesulitan karna perjuangan ii dimulai ketika anak tidak mudah didekati . orang dapat memulai berusaha memperbaiki dan mejelaskan baru kemudian sekali dalam hidup. Tetapi hidup pada anak pada waktu ini memberikan kesempatan untuk mengembankan perasaan sosialnya sedemikian rupa sehingga perjuangan akan kekuasaan peribadinya menjadi factor yang begitu penting (1927).
Mereka mengatakan bahwa psikologi memiliki dua frame of reference yang umum. Frame of reference yang lebih tua adalah pendekatan eksternal terhadap tingkah laku manusia. Dalam frame of reference ini, para psikolog mengamati subjek-sebjek dalam berbagai situasi dan berusaha menjelaskan tinkah laku subjek-subjek tersebut menurut situasi yang diberi reaksi mereka. Atas dasar observasi-observasi ini ,penybab-penybab tingkah lakuditetapkan untuk segi-segi linkunganyang mendapatkan reaksi subjek-subjek tersebut. Para penulis ini menekankan pentingnya sumbangan-sumbangan mengenai pendekatan ini.
Fenomena adalah suatu istilah teknis untuk metode filsafat yang dimaksudkan kedalam psikologi oleh Hussrel pada tahun 1900. Metode ini menekankan pengalaman langsung dan bentuk pengalaman ini. Medan fenomenal adalah seluruh alam semesta termasuk diri sendiri yang dialami oleh individu pada waktu melakukan tindakan. Kebutuhan menjadi titik fenomenal dari tingkah laku. Kebutuhan merupakan pemeliharaan dan peningkat dirinya fenomenal . diri fenomenal adalah bagian dari medan fenomenal. Tetapi bagaian dari medann fenomenal. Diri yang dialami individu sebagaisuat khas yang khas baginya itulah aku.
Kebutuhan ini memiliki dua ciri khas pokok
Pemeliharaan diri (the maintenance of the self)
Peninkatan diri (the enhancement)
Seperti dikatakan oleh combs dan snygg, medan parseptura setiap orang adalah setabil dan mudah bergerak. Teori motivasi yang dikemukakan Combs and and Snygg mengandung banyak hal yang patut diberi ulusan. Melalui konsep diri fenomenal, mereka berhasil menjalani hubunggan yang sangat penting antara stimulus-setimulus dari situasi luar yang langsung.
Abraham Maslow
Maslow menekankan bahwa individu harus dilihat sebagai suatu keseluruhan dan bukan hanya bagian-bagian. Memang untuk tujuan-tujuan praktis, orang harus berpikir akan kebutuhan-kebutuhan tertentu atau motif-motif khusus, tetapi sebenarnya organisme seluruhnya digerakkan untuk melakukan kegiatan. Dengan demikian, Maslow menekankanbhwa setiap tingkah laku yang dimotivasi dapat memuaskan banyak kebutuhan sekaligus. Maslow mengemukakan konsep , “hierarki prapotensi”, yang berarti bahwa suatu kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi tidak bisa muncul sebelum kebutuhan yang lebih prapoten dipuaskan. Terdapat lima kebutuhan menurut Maslow yaitu; fisiologis, keamanan, cinta dan memiliki, penghargaan, dan aktualisasi diri. Sebelum seseorang dapat memuaskan kebutuhan aktualisasi diri, ia harus memenuhi empat kebutuhan yang berada pada tingkat yang lebih rendah, yaitu:
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan dasar yang memepertahankan kesejahteraan fisik dan untuk memuaskan tegangan-tegangan yang disebabkan oleh rasa lapar, haus, letih, seks, stres, sakit fisik, dan kurang tidur.
Ketika seseorang merasa lapar, ia akan mengatur semua kapasitas badannya untuk memuaskan rasa lapar, dan keinginan untuk memebli sepatu batu atau sebuah mobil baru adalah sekunder. Orang yang lapar hanya berpikir tentang makanan.
2. Kebutuhan Akan Rasa Aman
Kebutuhan ini muncul apabila kebutuhan fisiologis telah terpenuhi. Semua kapasitas individu mungkin terorganisasi untuk melayani tujuan-tujuan akan rasa aman, termasuk rasa aman dari kekuatan-kekuatan destruktif dan dari ancaman-anacaman, dari luka-luka.
Seorang anak dengan penuh ketakutan akan berpegang teguh pada orang tuanya justru memeperlihatkan peranan orang tua sebagai pelindung. Anak-anak mencari suatu lingkungan yang aman, tertib, teratur dan dapat diramalkan serta dilindungi dan dijaga oleh orang tua.
3. Kebutuhan Akan Cinta dan Memiliki
Kebutuhan ini muncul apabila kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpenuhi. Kebutuhan akan cinta sangat terasa apabila kekasih, istri, suami, atau anak-anak tidak ada.
Kebutuhan akan cinta bisa terungkap dalam keinginan akan teman-teman atau dalam keinginan akan hubungan-hubungan efektif dengan orang lain. Kebutuhan akan memiliki terlaksana apabila kita menggabungkan diri dengan suatu kelompok atau perkumpulan, menerima nilai-nilai dan sifat-sifat atau memakai pakaian seragamnya dengan maksud supaya merasakan perasaan memiliki.
4. Kebutuhan Akan Penghargaan
Sebuah penghargaan dibutuhkan oleh seseorang ketika tiga kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi. Menurut Maslow kebutuhan ini terbagi menjadi dua: penghargaan yang berasal dari orang lain dan penghargaan terhadap diri sendiri.
Penghargaan dari luar dapat berdasarkan reputasi, kekaguman, status, popularitas, prestise, atau keberhasilan dalam masyarakat, semua sifat dari bagaimana orang-orang lain berpikir dan bereaksi terhadap kita. Kita haru mengetahui kebaikan dan kelemahan yang ada dalam diri kita, agar memiliki perasaan harga diri yang sejati.
5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini adalah yang paling tinggi dan muncul ketika kebutuhan-kebutuhan sebelumnya terpuaskan. Kebutuhan ini diungkapkan oleh guru ketika ia mengajar, seniman ketika ia melukis, pemusik ketika ia memainkan alat musiknya, dokter ketika ia menyembuhkan penyakit, ibu rumah tangga ketika ia berhasil mengelola kehidupoan rumah tangganya.
Dibawah ini akan ditampilkan contoh macam-macam kepuasan kebutuhan yang di anggap cocok untuk berbagai tingkat perkembangan.
BAGAN 1
PERTUMBUHAN MENUJU KEMATANGAN DALAM MEMUASKAN KEBUTUHAN-KEBUTUHAN DASAR KEPUASAN AKAN KEBUTUHAN-KEBUTUHAN BIOLOGIS
TINGKAT KEPUASAN KEBUTUHAN AKAN PERASAAN ENAK KEBUTUHAN AKAN HIDUP KEBUTUHAN SEKSUAL
MASA BAYI
Dijaga supaya tetap kering dan hangat. Tidur jika perlu. Kegiatan otot menendang dan memukul-mukul tangan.
Memuaskan segera rasa lapar berdasarkan tuntutan.
Menyusu (menghisap) dan eliminasi.
AWAL MASA KANAK-KANAK
Tidur menurut jadwal tetap. Kegiatan fisik dengan menggunakan otot-otot besar.
Kepuasan akan rasa lapar mungkin ditangguhkan. Mulai memiliih makanan yang disukai. Kebiasaan sosial menjadi penting.
Kenikmatan pada mulut dan dubur, masntrubasi, ingin tahu tentang seks.
MASA KANAK-KANAK
Sangat giat dan menggunakan otot kecil dan besar. Istirahat sering kali harus dipaksakan.
Makan bertambah. Makanan yang diinginkan bervariasi.
Kenikmatan pada mulut dan dubur berkurang. Kegiatan heteroseksual dilakukan dengan bermain. Lekat
pada kehidupan seks sendiri
AWAL MASA REMAJA
Pola-pola tidur mulai mirip orang dewasa. Senang latihan fisik (gerak badan) mencari petualangan.
Dorongan untuk makan semakin kuat; selera makan mulai rewel; kebiasaan kesehatan menjadi penting.
Tertarik pada lawan jenis. Mulai menggoda-goda, berlanjut dengan kencan. Tertarik pada alat-alat kelamin. Masntrubasi mungkin muncul lagi
MASA DEWASA
Masa-masa kerja diimbangi dengan istirahat, rekreasi dan bersantai-santai yang memadai.
Kebiasaan yang menyangkut makanan dan kesehatan rutin yang dirasa memuaskan.
Kegiatan heteroseksual yang memuaskan atau sublimasi dorongan seks.
BAGAN 2
PERTUMBUHAN MENUJU KEMATANGAN DALAM MEMUASKAN KEBUTUHAN-KEBUTUHAN DASAR. KEPUASAN AKAN KEBUTUHAN-KEBUTUHAN BIOLOGIS
TINGKAT KEMATANGAN ANTAR PRIBADI KEDUDUKAN DALAM KELOMPOK
PERKEMBANGAN
MASA BAYI
Dipegang, digoyang-goyang, dan diajak bermain.
Tidak ada, sangat egoistik.
Menuntut perhatian terhadap tangisan. Ingin digoyang-goyang, dipegang, ingin diperhatikan secara verbal dan fisik.
AWAL MASA KANAK-KANAK
Orang tua dan anggota keluarga memperlihatkan cinta secara verbal dan fisik.
Melalui kelompok keluarga di mana dia merasa aman dan memiliki tempat tertentu.
Manipulasi hal-hal ; bermain dengan berkhayal; tidak mau campur tangan dari orang dewasa; mengerjakan tugas-tugas dimana ia merasa siap untuk melakukannya (berbicara, berjalan, dan sebagainya).
MASA KANAK-KANAK
Kasih sayang orang tua penting, tetapi kadang tidak mau diperlihatkan secara fisik. Kawan sesama jenis dipilih untuk hubungan yang akrab.
Keamanan dalam keluarga masih dibutuhkan, tetapi status dalam kelompok sebaya mulai dianggap penting.
Senang bermain dalam regu. Memulai kegiatan fisik dengan prakarsa sendiri. Rasa ingin tahu bertambah dan prestasi dalam pertumbuhan mental penting.
AWAL MASA REMAJA
Harus kelihatan, berbicara dan berbuat seperti kawan-kawan akrab. Sering bentrok dengan kawan-kawan sebaya dan orang-orang dewasa.
Status di kelompok sosial lebih penting daripada status di rumah. Ingin memperoleh hak-hak khusus orang dewasa di rumah.
Ingin akan otonomi. Kekuasaan orang dewwasa ditentang. Ingin supaya prestasinya dihargai. Berusaha bebas dari rumah, tetapi membutuhkan keamanannya. Mencari uang menjadi penting.
MASA DEWASA
Telah memilih kawan-kawan dan bebrapa sahabat yang benar-benar dipercayai. Hubungan intelektual atau percakapan memuaskan. Kawin, mencintai dan dicintai.
Status dalam kelmopok keluarga dan kelompok-kelompok sosial dan pekerjaan-pekerjaan di luar rumah.
Mengatur diri sendiri dan berdiri sendiri (otonomi) secara ekonomis dan personal. Pengalaman-pengalaman kerja yang memuaskan. Pengakuan terhadap prtestasi, terutama opleh keluarga dan teman-teman.
FRUSTASI DAN KONFLIK
Frustasi dan konflik adalah pengalaman-pengalaman individual yang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Keduanya berhubungan erat dengan pemenuhan-pemenuhan kebutuhan manusia, dan mengganggu ungkapan-ungkapan normal dari kecenderungan motivasi manusia. Tetapi frustasi dan konflik itu sendiri tidak selalu buruk karena yang menjadi persoalan ialah bagaimana seseorang menghadapinya dan tindakan yang diambil untuk memecahkannya.
Frustasi
Suatu perasaan yang muncul karena terjadinya hambatan dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal yang menghalangi keinginan untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan itu.Ada dua sumber utama frustasi: sumber yang berasal dari luar (situasi-situasi dari luar) dan sumber yang berasal dari dalam (dinamika batinian orang itu sendiri).
A. Faktor Eksternal
Sumber frustasi yang berasal dari luar individu tidak dapat dihindari. Terdapat beberapa contoh sumber frustasi yang berasal dari luar, yaitu:
1. Adat kebiasaan atau peraturan-peraturan masyarakat yang membendung kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan individu,
2. Hal-hal yang mengganggu, lebih-lebih yang berhubungan dengan kepentingan-kepentingan dan cara-cara hidup individu yang sudah biasa, dan
3. Kondisi-kondisi sosio-ekonomis yang menghalangi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar jasmaniah individu.
B. Faktor Internal
Frustasi yang berasala dari dalam mungkin disebabkan oleh faktor-faktor fisik dan perbedaan-perbedaan intelektual. Faktor faktor fisik mungkin berupa rintangan-rintangan organik atau penyakit. Apabila orang berbeda secara fisik dengan orang lain, maka ia mudah sekali kena beberapa bentuk frustasi. Perbedaan intelektual juga dapat menjadi sumber frustasi. Di dalam ruangan kelas kita kecewa apabila kita tidak mampu bersaing dengan orang lain. Demikian juga anak-anak yang sangat pandai akan mengalami frustasi apabila mereka mendapat tugas-tugas yang terlalu mudah.
· KEMATANGAN EMOSI
Kontrol emosi bukan berarti emosi yang ada harus di tekan, atau bahkan tidak diungkapkan. Akan tetapi disini lebih ditekankan pada melatih emosi dengan cara mengubah ekspresinya dan disalurkan melalui saluran-saluran yang berguna dan dianggap baik. Agar efektif latihan ini sebaiknya dimulai pada masa kanak-kanak, berbagai cara untuk mengontrol emosi antara lain: mempelajari arti dan menggunakan secara efektif keadaan santai baik mental maupun fisik, dan berusaha memperoleh keterampilan-keterampilan dan kecakapan supaya dapat kepercayaan diri, menangguhkan dan meninjau kembali respons emosi sampai muncul kesempatan yang lebih cocok, memperoleh penilaian diri yang lebih realistic tentang kemampuan-kemampuan dan kelemahan-kelemahan supaya dapat menghadapi kenyataan.
Kematangan emosi mengacu pada kapsitas seseorang untuk bereaksi dalam berbagai situasi kehidupan dengan cara-cara yang lebih bermanfaat dan tidak bereaksi kekanak-kanakan. Ciri kematangan emosi dapat diutarakan diutarakan sebagai berikut: (1) mampu menangguhkan dan mengontrol emosi, (2) mampu memberikan repons emosional yang adekuat sesuai dengan tingkat perkembangan seseorang, (3) mampu menerima frustasi terhadap situasi-situasi yang menimbulkan frustasi tanpa bereaksi terhadapnya secara emosional, dan (4) mengembangkan sikap yang fleksibel dan kemampuan menyesuaikan diri dengan kadar yang lebih tinggi terhadap perubahan-perubahan yang tidak dapat dihindarkan.
RESPONS
Manusia mewarisi kapasitas untuk belajar. Ia tidak mewarisi pola-pola tingkah laku, kecuali refleks-refleks sederhana, mewarisi otak tetapi tidak mewarisi informasi atau asosiasi-asosiasi mental. Mewarisi potensi-potensi untuk adaptasi tetapi tipe mekanisme penyesuaian diri yang digunakanya bergantung pengalaman yang dimilikinya. Untuk mewarisi kemampuan berbahasa ia dapat mempelajarinya. Untuk mewarisi berpikir matematik, ia dapat mempelajari ilmu matematika, aljabar, atau geometri. Untuk mewarisi kemampuan mengembangkan pola-pola tingkah laku emosional dan sosial, ia dapat mempelajari kepercayaan, control dan konformitas, atau menjadi antisosial.
Seorang individu tidak hanya membuat, tetapi ia juga berbuat sesuai dengan sifat kepriadianya. Meskipun kepribadian seseorang senantiasa berubah, namun ia selalu tetap menjadi dirinya dan bukan menjadi orang lain.
Kita mengetahui bahwa manusia itu belajar dan kita mengetahui banyak kondisi yang mempermudah belajar. Kita memiliki informasi bagamaimana kita belajar. Dan kita mengetahui banyak kondisi yang mempermudah belajar. Tetapi kita hanya sedikit mengetahui tetang apa yang terjadi dalam system saraf selama proses belajar. Baik neurolog maupun psikolog fisiologi tidak dapat memberikan jawaban-jawaban yang rinci terhadap pertanyaan bagaimana terjadinya belajar. Tentu mereka akan memberikan jawabanya kepada kita pada suatu saat yang akan datang. Tetapi karena belajar merupakan suatu proses, maka dapat dipelajari dengan baik walaupun sama sekali tidak memahami daasar strukturalnya.
· Respons Terkondisi
Dipermulaaan abad ke-20, Pavlov, seorang psikolog Rusia, memperhatikan bahwa anjing yang dipakainya dalam percobaan mengadakan respons dengan air liur mengalir tidak hanya pada makanan yang diberikan melainkan juga kepada stimulus-stimulus subtitusi, seperti pemberi makanan atau suara langkah kaki yang mendekatinya.
Akhirnya, suatu respons terkondisi bisa terbentuk, yakni anjing itu mengadakan respon dengan mengeluarkan air liur terhadap bunyi bel itu. Suatu stimulus yang secara biologis tidak adekuat telah menghasilkan respons serupa yang secara khas meripakan hasil dari stimulus yang secara biologis adekuat.
Bahwa pengondisian itu terjadi pada manusia merupakan hal yang biasa dan dapat diamati. Kita sering mengalami mulut kita pennuh air liur ketika menunggu makanan yang enak. Bayi belajar mengadakan repons pada waktu ia melihat sebuah botol karena dalam pikiranya botol itu berhubungan dangan susu.
Watson berhasil dalam mengondisikan seorang anak supaya takut akan seekor tikus putih. Ketika tikus itu pertama kali muncul, anak itu tidak memperlihatkan rasa takut tetapi ia mangulurkan tanganya untuk menyentuh tikus putih ketika disodorkan kepadanya, kemudian sebuah palang baja ditempatkan di belakang anak itu dan ketika ia kembali ingin menggapai tikus itu, palang dipukul keras sehingga menimbulkan suara keras dan sampai pada percobaan kedelapan, palang tidak dipukul tetapi anak itu telah dikondisikan sedemikan rupa hingga ia merespons terhadap tikus itu dengan menarik diri dan menangis, ketakutan terhadap suara dari palangyyang dipukul itu telah diasosiasikan dengan tikus itu. Ia sekarang bereaksi secara emosional terhadap stimulus subtitusi itu.
Menghilangkan Respons Terkondisi
Suatu respons terkondisi dapat menjadi tak terkondisi. Suatu cara yang biasa ialah membuat situasi dimana objek ketakutan itu diasosiasikan dengan pengalaman yang menyenangkan. Juga dapat dihilangkan dengan mengulang stimulus buatan tanpa memberikan hadiah bagi respons tersebut
Pengalaman-pengalaman traumatis
Dalam mempelajari kecemasan dan kecemasan yang ada pada sumber langsung dari gangguan tingkah laku fungsional – individu yang telah mengalami suatu trauma, yang merupakan stimulus tak terkondisi memberikoan respons pada trauma itu. Suatu pengalaman traumatis adalah guncangan emosional yang sekurang kurangnya untuk sementara orang itu hanya melihat sedikit kesempatan untuk mempertahankan keamanannya. Seseorang yang telah mengalami trauma, yang diberinya respons dengan kecemasan yang luar biasa dan kemudian ditambah lagi dengan disorganisasi emosional, mungkin menjadi bingung dalam mengalami penyebab-penyebab actual dari pengaruh-pengaruh itu. Stimulus-stimulus yang berasosiasi menjadi Stimulus-stimulus terkondisi dan dengandemikian cukup berpotensi untuk membangkitkan kecemasan atau bahkan respons ketakutan.
Insight (Pemahaman)
Para psikolog Gestalt mendefinisikan insight sebagai persepsi tentang suatu arti secara tiba-tiba tanpa ada kaitanya dengan pengalaman sebelumnya. Insight adalah melihat hubungan-hubungan baru, mengatur kembali factor-faktor yang terus menerus ada ke dalam suatu pola yang baru . kecepatan untuk mencapai insight berbeda-beda tergantung pada kesulitan masalah, semakin tinggi tingkat kesulitan maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Insight, dalam psikoterapi Insight dapat membantu seorang terapis untuk melihat apa masalah yang sebenarnya.
Perkembangan Insight berkaitan erat dengan hadiah dan hukuman. Bila insight yang diterapkan dapat memberikan hadiah bagi orang yang membuatnya dalam suatu hal, maka ia akan meneruskan hal yang telah diperbuatnya itu begitu juga sebaliknya jika yang didapat adalah sebuah hukuman yang didapat, maka ia akan menghentikan hal itu.
Belajar Uji Coba
Dalam belajar uji coba (Trial and error learning), orang yang belajar berusaha melakukan berbagai gerakan, rupanya secara serampangan dan tidak mengenal hubungan antara gerakan-gerakan itu dengan hasil-hasil yang ingin dicapai, gerakan yang berhasil ialah yang sering diulangi dalam percobaan-percobaan berikutnya dan gerakan yang salah lambat laun hilang.
Dalam belajar coba-coba seperti dalam insight, tingkat kesulitan dari masalah bagi subjek yang memecahkanya adalah penting. Apabila masalahnya sangat sederhana, langkah pertama mungkin merupakan respons yang tepat. Misalnya orang dewasa diberikan teka-teki yang berlaku untuk anak kecil mungkin akan berhasil dalam sekali coba. Tetapi jika diberikan tingkatan rumit, mungkin akan membuat banyak langkah untuk menemukan jawaban yang tepat.
REDUKSI TEGANGAN
Hendaknya diperhatikan dalam penyesuaian diri sesudah motivasi dan frustasi serta/konflik adalah tegangan emosi. Apabila tegangan emosi itu ada, maka individu berusaha untuk mereduksikanya. Kebanyakan yang terjadi pada akirnya ia mengadakan respons yang membawa hasil yang diinginkanya. Penyesuaian diri telah dilakukan dan kegiatan yang bermotivasi berakhir. Penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagau reduksi tegangan. Penyesuaian diri ini mungkin bukan penyesuaian diri yang baik dalam arti bahwa tingkah laku yang dipilih dapat diterima atau diinginkan masyarakat atau penyesuaian diri tersebut diinginkan oleh individu karena memberikan perasaan lega dalam jangka waktu lama.
AKIBAT-AKIBAT
Tahap terakhir dalam urutan diri adalah akibat-akibat yang berkaitan dengan masa yang akan datang dan juga masa sekarang karena individu-individu cenderung mengulangi respons-respons yang mereduksikan tegangan. Sekarang ada suatu faktor yang harus diperhitungkan apabila individu mengadakan respons-respons teradap penyesuaian-penyesuaian diri yang baru, yakni “hokum akibat” , atau apa yang dinamakan Hull, “hukum kekuatan primer” (the law of reinforcement)
Hukum Akibat
Seperti yang telah di kemukakkan, hukum akibat memberi penekanan yang sama terhadap hadiah dan hukuman. Tetapi, percobaan-percobaan yang dilakukan kemudian menunjukan bahwa akibat-akibat dari keduanya terhadap hadiah dan hukuman menunjukan bahwa akibat-akibat dari keduanya sama sekali tidak sama karena hadiah jauh lebih berpengaruh. Ini tidak dikatakan bahwa hukuman tidak berakibat pada belajar. Ada akibatnya, tetapi tidak langsung daripada yang dipikirkan semula.
Meskipun hadiah lebih efekif daripada hukuman dalam mempengaruhi arah tingkah laku, namun faktor waktu tidak boleh diabaikan dalam menilai potensi yang relative dari kedua stimulus ini. Hukuman langsung mungkin akan lebih berpengaruh terhadap tidakan yang diambil dibandingkan dengan hadiah yang ditunggu lama. Demikian juga sebaliknya, hadiah langsung mungkin akan lebih berpengaruh terhadap tindakan yang diambil dibandingkan dengan hukuman yang di tunggu lama. Faktor waktu dalam hadiah dan hukuman sangat penting dalam pendidikan anak dan juga dalam memahami tingkah laku neurotik.
MEKANISME-MEKANISME PERTAHANAN DAN PENYESUAIAN DIRI
Tipe tingkah laku yang dinamakan mekanisme-mekanisme pertahanan pada mulanya dikenal sebagai mekanisme-mekanisme pertahanan ego yang dikemukakan Freud dan pengikutnya. Kemudian cara-cara yang sama untuk bertindak digambarkan sebgai teknik-teknik dasar penyesuaian diri. Mungkin mekanisme-mekanisme ini dapat diistilahkan dengan pelindung-pelindung konsep diri (self-concept). Walaupun mekanisme-mekanisme ini diberi sebutan yang berbeda-beda tetapi umum menerima bahwa mekanisme-mekanisme ini merupakan cara-cara berharga yang digunakan individu untuk mengungkapkan tindakan-tindakanya.
MEKANISME-MEKANISME PERTAHANAN
Ciri-ciri Khas Mekanisme-Mekanisme Pertahanan
Untuk memahami mekanisme-mekanisme pertahanan, cara bagaimana digunakan, dan hasil-hasilnya, maka akan lebih berguna apabila diperhatikan hal-hal berikut.
Mekanisme-Mekanisme Pertahanan adalah Tingkah Laku-Tingkah Laku Normal
Dalam batas-batas tertentu, mekanisme-mekanisme pertahanan ini digunakan oleh setiap orang.
Hipotesis Frustasi-Agresi
Frustasi mengakibatkan agresi yang mungkin diarahkan kepada orang-orang yang telah menyebabkan frustasi pada substitusi, atau jug diarahkan kedalam, yakni pada diri sendiri. Dollard dengan kawan-kawannya (Dollard, et al., 1939) mengemukakan dalil sebagai berikut:
“.. terjadinya tingkah laku yang agresif selalu mengandalkan adanya frustasi dan sebaliknya adanya frustasi selalu menyebabkan suatu bentuk agresi. Dari observasi sehari-hari rupanya masuk akal kalau dikatakan bahwa tingkah laku agresif dengan berbagai macam bentuk biasanya dikenal selalu dapat ditelusuri dan disebabkan oleh suatu bentuk frustasi. Tetapi tidak begitu segera kelihatan bahwa bilaman saja terjadi frustasi maka tidak bisa tidak akan terjadi agresi dengan macam dan tingkat tertentu. Pada banyak orang dewasa dan bahkan anak-anak, frustasi mungkin diikuti oleh sikap yang jelas dan begitu cepat menerima situasi dan dapat menyesuaikan diri kembali sehingga orang sia-sia mencari kriteria yang relatif kasar dan biasanya dianggap sebagai yang memberi ciri khas pada perbuatan yang agresif. Tetapi harus diingat bahwa salah satu pelajaran paling awal yang dipelajari manusia sebagai akibat dari kehidupan sosial adalah menekan dan menahan reaksi-reaksi yang terang-terangan agresif. Tetapi ini tidak berarti bahwa kecenderungan-kecenderungan reaksi seperti itu dengan demikian dihilangkan, melainkan telah ditemukan bahwa reaksi-reaksi itu tidak dilenyapkan meskipun untuk sementara ditekan, ditunda, disembunyikan, dipindahkan atau dibelokkan dari tujuannya yang langsung dan egois.”
Agresi langsung adalah cara yang normal untuk mempertahankan harga diri apabila mengalami frustasi. Jika seorang anak laki-laki ditempat bermain diolok-olok oleh teman sekelasnya, maka sangat wajar kalau ia berusaha mempertahankan statusnya dengan memukul roboh temannya itu. Tetapi kalau ia takut memberikan respons secara langsung seperti itu, maka frustasi-frustasi yang dialaminya disekolah mungkin disalurkan melalui tingkah lakunya yang agresif dirumah. Ia mungkin menjadikan adiknya sebagi sasaran pelampiasan dan memukulnya keras-keras atau mungkin ia bertingkah laku dengan memberontak terhadap orang tuanya. Ia berpendapat bahwa ia harus sesuatu untuk meredakan tegangan yang disebabkan oleh frustasi-frustasi yang telah dialaminya dalam situasi lain.
Toleran terhadap Frustasi
Toleransi terhadap frustasi adalah kemampuan individu untuk menahan penundaan, rintangan, atau konflik tanpa menggunakan tingkah laku yang tidak dapat menyesuaikan diri atau menderita disorganisasi kepribadian (Leher & Kupe, 1955).
Suatu situasi yang menyebabkan frustasi juga akan berbeda-beda artinya bagi kita tergantung pada apakah kita berpendapat bahwa hal itu disebabkan oleh beberapa pengaruh dari luar yang kurang atau sama sekali tidak dapat dikontrol, atau apakah kita berpendapat bahwa kita sendirilah yang telah menyebabkan munculnya frustasi dengan perbuatan-perbuatan kita sendiri. Jika kita datang terlambat kesekolah mungkin sekali kita meras jauh lebih enak apabila penyebab dari keterlambatan kita itu adalah kemacetan lalu lintas dan bukan karena bangun terlambat. Jika penyebab dari peristiwa yang menimbulkan frustasi itu adalah pengaruh dari luar yang bukan tanggung jawab kita, maka kita tidak merasa bersalah mengenai peristiwa tersebut.
Konflik
Konflik sama seperti frustasi merupakan pengalaman individual dan selalu menimbulkan tegangan emosi. Konflik adalah tegangan dalam diri kita apabila kita berusaha mencapai keputusan yang memuaskan terhadap situasi-situasi yang sama tidak menariknya. Atau dapat juga dikatakan keadaan jiwa yang tegang sebagi akibat dari bentrokan antara motivasi-motibasi yang bertentangan. Pengaruh konflik pada tingkah laku akan tergantung pada kekuatan konflik-konflik itu sendiri dan juga pada tipe kepribadian yang dimiliki seseorang. Orang yang neurotik tidak mampu mengatasi konflikny sekalipun konflik itu kecil. Tetapi orang yang normal akan menemukan cara-cara untuk memecahkan konflik-konfliknya melalui pertimbangan yang cerdas terhadap masalah-masalahnya.
Psikoanalisis menekankan pentingnya konflik-konflik dalam kehidupan seorang individu. Kekuatan yang terlibat dalam konflik itu disebut id, ego, superego. Menurut Freud, Id tidak memliki organisasi dan kesatuan kemauan, ia hanya memiliki impuls untuk mencapai kepuasan akan kebutuhan-kebutuhan instingsif sesuai dengan prinspi kenikmatan. Id tidak mengetahui nilai, yang baik dan yang buruk, moralitas. Sebaliknya superego didefinisikan Freud sebagai wakil dari semua larangan moral, penyokong impuls kearah kesempurnaan, pendeknya seperti kita pahami secara psikologis tentang apa yang disebut orang hal-hal yang lebih tinggi dalam kehidupan manusia.
Id dan superego selalu berperang. Akibatnya pasti akan terjadi bencana kalau tidak ada ego yang bertindak sebagai perantara.
“Setiap gerakannya diawasi oleh superego yang keras itu yang menghambat norma-norma tingkah laku tertenut. Tanpa memperhatikan beberapa kesulitan yang berasal dari Id dan dunira luar dan apabila norma-norma ini tidak diikuti, maka ia menghukum ego dengan perasaan bersalah. Dengan demikian karena didorong terus oleh id dikepung oleh superefo dan ditolah oleh kenyatan, maka ego berjuang untuk melakukan tugas ekonomisnya dalam mereduksikan kekuatan-kekuatan dan pengaruh-pengaruh yang bekerja didalamnya dan terhadapnya supaya tercapai semacam keselarasan dan kita dapat memahami dengan baik apa sebabnya kita bergitu sering tidak dapat menahan keluhan “Hidup itu tidak mudah” apabila ego terpaksa mengakui kelemahannya, maka ia mendapat kecemasan, kecemasan terhadapa kenyataan dalam berhadapan dengan dunia luar, kecemasan moral dalam berhadapan dengan superego, dan kecemasan neurotk dalam berhadapan dengan nafsu-nsfsu dari id” (Freud, 1933).
Konflik Mendekat-Mendekat
Dalam konflik ini seseorang berhadapan dengan masalah memilih antara dua tujuan positif. Biasanya ini bukan merpuakan tugas yang sangat sulit, dan tegangan emosi yang terjadi disini kecil. Suatu contoh dari konflik yang sederhana ini misalahnya, seorang siswa pada hari libur harus memutuskan apakah pergi berenang kepantai atau ketaman impian jaya ancol.
Konflik Menjauh-Menjauh
Konflik semacam ini biasanya lebih hebat dari pada konflik mendekat-mendekat. Individu sekarang terperangkap dalam situasi dimana harus memlih antara dua atau mungkin juga lebih rangkaian tindakan yang negatif. Karena adanya ancaman dalam situasi demikian, maka ia mungkin tidak berbuat apa-apa atau mencarai cara untuk melarikan diri. Biasanya kalau ia tidak berbuar apa-apa untuk memecahkan konflik itu, maka ancaman tetap ada dan tegangan meningkat. Mungkin tidak lama kemudian ia menemuikan cara untuk melarikan diri, yang mungkin bersifat konstruktif atau destruktif, normal atau abnormal.
Konflik Mendekat-Menjauh
Karena sifatnya yang khas, konflik ini sangat serius dari semua konflik yang lain. Ini benar apabila konflik ini berkisat pada hubungan seseorang dengan orang lain yang menarik, tetapi juga menjijikkan. Ia mungkin tertarik kepada orang lain karena ketergantungan, afeksi atau bahkan karena cinta, tetapi sekaligus juga orang itu menjijikkannya karena sifat-sifat kepribadiannya, atau lebih hebat lagi karena takut atau benci. Apabila seseorang sangat tertarik kepada objek atau individu yang ditakuti atau dibenci, maka tegangan dalam orang itu makin hebat.
Konflik Ganda Mendekat-Menjauh
Konflik ini sangat kompleks karena orang harus memilih beberapa langkah tindakan berberda yang masing-masing memiliki aspek-aspek positif dan negatif. Setiap alternatif mengandung hal-hal yang baik dan hal hal yang buruk. Orang yang mengalami konflik seperti ini sekaligus ditarik dan didorong kebeberapa arah. Orang itu terperangkap dalam kesulitan, kebinguan dan perasaan-perasaan ambivalen. Keputusan yang jelas untuk tetap tinggal atau bergerak tidak mungkin. Orang mengalami kepuasan, tetapi sekaligus juga mengalami ketidak puasan dan kekecewaan.
TEGANGAN EMOSI
Tegangan emosi adalah suatu perasaan tertekan atau menggelisahkan. Tegangan emosi merupakan respons badaniah terhadap frusitasi-frustasi atau konflik-konflik yang dialami individu selama selang waktu antara motivasi dan respons yang berhasil. Oleh karena itu, tegangan emosi mempertahankan motif yang ada pada saat itu, dan berfungsi sebagai dorongan untuk menemukan pemecahannya.
Emosi-Emosi yang Ringan
Emosi-emosi yang ringan berupa perasaan-perasaan suasana hati, minat, sikap, dan prasangka. Emosi-emosi yang ringan ini hanya berberda dalam derajatnya denganemosi yang kuat. Bentuk-bentuk emosi yang ringan ini juga mempengaruhi tingkah laku dengan mengurangi atau meningkatkan kapasitas individu untuk melakukan sesuatu secara efektif.
Minat adalah keadaan semosi yang ringan disertai beberapa tegangan yang menggerakkan tingkah laku. Apabila bergabung dengan perasaan yan gmenyenangkan, amaka minat akan meningkatkan produktivitas dan efektivitas seseorang. Minat juga merupakan prasyarat yang penting untuk belajar. Sikap adalah disposisi yang diperlihatkan individu dan yang menunjukkan pendapat atau perasaan.
Perubahan Fisiologis yang Menyertai Emosi
Gangguan-gangguan fisiologis yang menyertai emosi bersifat tidak disengaja dan tidak berada dalam kontrol ketika mempengaruhi fungsi dari struktur-struktur internal (yang terdapat dalam individu). Ada bermacam-macam perubahan fisiiologis yang terjadi bersamaan dengan emosi.
Gangguan-gangguan yang berbeda-beda dalam fungsi fisiologis apabila diperkuat dengan gangguan emosi yang kronis dapat menyebabkan banyak penyakit fisik, misalnya peptic ulcer, radang usu besar, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, mengompol, dan eksim.
Perkembangan Emosi
Pengalaman-pengalaman emosi anak merupakan faktor-faktor dasar dalam pembentukan kepribadiannya. Sebagai seorang bayi, dunianya begitu terbatas dan sagat banyak berurusan dengan hal hal yang berada didekatnnya dan yang segera memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bayi senang kalau digoyang-goyang dan dipeluk, mendapat makanan dan meghisap jempol dan perasaan lain yang bersifat fisik. Boleh dikatakan respons-respon emosinya berpusat disekitar kebutuhan-kebutuhan fisik serta kepuasan-kepuasannya. Apabila kebutuhannya tidak dipenuhi makan ia segera memperlihatkan perasaan tidak senangnya.